Tema Milad Muhammadiyah ke-111 tahun “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” hendaknya senantiasa dipegang oleh seluruh pengkhidmat persyarikatan ...
Tema Milad Muhammadiyah ke-111 tahun “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” hendaknya senantiasa dipegang oleh seluruh pengkhidmat persyarikatan Muhammadiyah di semua tingkatan sebagai acuan dan orientasi gerakan Muhammadiyah ke depan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Haedar Nashir, pada resepsi Milad ke-111
yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Utara di
Kantor Gubernur pada Ahad (10/12/2023).
Menurutnya, usia ke-111 tahun adalah penanda babak baru bagi
peran pengkhidmatan Persyarikatan Muhammadiyah di tingkat yang lebih luas.
Setelah satu abad merawat Indonesia, Muhammadiyah mulai menatap usaha menata
peradaban di tingkat global.
“Ada tiga alasan
utama kenapa tema itu diangkat,” uraiannya lebih lanjut. Pertama, disrupsi akibat globalisasi dan perkembangan
teknologi informasi tanpa disadari telah membentuk alam pikiran manusia sebagai
pusat semesta yang berhak melakukan tindakan eksploitatif terhadap lingkungan
dan sesamanya. Akibat dari disrupsi ini misalnya adalah perubahan iklim hingga
peperangan seperti yang terjadi di Ukraina, Palestina, dan beberapa belahan
negara lainnya.
“Nah berangkat dari itu, Muhammadiyah ingin bersama-sama seluruh komponen menyelamatkan dunia dari bencana semesta, bencana peradaban dan bencana kemanusiaan akibat ulah manusia. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia (QS Ar-Rum:41). Bedanya dalam alam pikiran manusia modern saat ini kerusakan itu justru dibenarkan oleh berbagai legitimasi yang orang tidak sadar atas nama membangun tapi sejatinya merusak,” jelas Haedar dengan mengutip QS Al-Baqarah:11.
“Muhammadiyah mengajak seluruh komponen bangsa bahkan kekuatan dunia untuk perbaharui alam pikiran yang keliru dan salah itu demi penyelamatan peradaban, demi penyelamatan semesta,” imbuhnya.
Sebab kedua yang menjadi alasan mengapa tema itu dipilih, karena Muhammadiyah ingin mengajak seluruh warganya berkiprah lewat tindakan nyata. Muhammadiyah terus berkomitmen dalam usaha membangun kehidupan di tingkat dunia dan bangsa, bukan hanya dengan himbauan, teori, retorika atau seminar saja. Tapi dengan melakukan gerakan dan langkah-langkah nyata. Ia memaparkan contoh gerakan nyata tersebut, misalnya ada 20 ribu lebih TK/PAUD milik ‘Aisyiyah, 8 ribu lebih SD-SMA, 480 lebih pondok pesantren modern, ratusan klinik dan rumah sakit, hingga 173 Perguruan Tinggi. Muhammadiyah bahkan memiliki lembaga pendidikan di Mesir, Australia, dan Malaysia. Ketertinggalan kualitas dan indeks daya saing SDM Indonesia di tingkat regional ASEAN, juga melatarbelakangi dipilihnya tema tersebut.
“Nah karena
itu lengah, kita hargai ada pembangunan fisik yang luar biasa tapi SDM
Indonesia yang akan menentukan sejarah Indonesia ke depan. Indonesia emas tidak
akan terwujud jika kita tidak mengejar ketertinggalan ini. Di situlah perlu
langkah progresif kita bersama. Muhammadiyah tidak bisa sendirian,” jelasnya.
Sedangkan
alasan ketiga mengapa tema tersebut dipilih, kata Haedar adalah ajakan agar
warga Persyarikatan terus merajut persatuan dan persaudaraan dengan berbagai
golongan agar usaha menyelamatkan semesta lebih mudah tercapai.
“Ketiga, kami
dalam usaha menyelamatkan semesta dan bangsa terus merekat persatuan. Tidak
mungkin (pengkhidmatan) kami terus bergerak ke pinggiran dan wilayah terjauh
kalau tidak ada semangat kita bersama,” Ungkapnya. [K.Z]
Sumber: muhammadiyah.or.id |
Tidak ada komentar