Page Nav

HIDE

Pages

Ads Place

https://www.uhamka.ac.id/reg

Akidah dalam Islam: Fondasi Iman, Urgensi, dan Tantangan Keberlangsungan Keyakinan Umat

  Akidah dalam Islam: Fondasi Iman, Urgensi, dan Tantangan Keberlangsungan Keyakinan Umat Oleh: Khilmi Zuhroni Politeknik Bisnis Quantu...

 


Akidah dalam Islam: Fondasi Iman, Urgensi, dan Tantangan Keberlangsungan Keyakinan Umat

Oleh: Khilmi Zuhroni


Politeknik Bisnis Quantum Ssampit

Email: khilmizuhroni@gmail.com

 

Abstrak

Akidah merupakan inti keimanan dalam Islam yang menjadi pondasi bagi seluruh aktivitas spiritual dan sosial seorang Muslim. Tulisan ini bertujuan menjelaskan konsep akidah dari sisi terminologis dan teologis, pentingnya akidah dalam kehidupan, ayat-ayat Al-Qur’an yang mendasarinya, bahaya kehilangan akidah, serta pembahasan mengenai enam rukun iman. Analisis dilakukan dengan pendekatan literatur terhadap karya-karya ulama modern seperti Yunahar Ilyas (Kuliah Aqidah Islam), Nurcholish Madjid (Islam, Doktrin dan Peradaban), dan Azyumardi Azra (Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara), serta sumber primer Al-Qur’an dan hadis. Hasil kajian menunjukkan bahwa akidah bukan hanya doktrin teologis, melainkan sistem nilai yang menuntun perilaku dan menentukan arah peradaban Islam.

Kata Kunci: Akidah, Rukun Iman, Keimanan, Teologi Islam, Yunahar Ilyas.

 

1. Pendahuluan

Akidah dalam Islam menempati posisi sentral sebagai fondasi dari seluruh ajaran agama. Semua ibadah, muamalah, dan akhlak tidak memiliki makna tanpa adanya keyakinan yang benar terhadap Allah SWT dan rukun iman. Dalam konteks sejarah pemikiran Islam di Indonesia, para tokoh seperti Yunahar Ilyas, Azyumardi Azra, dan Nurcholish Madjid memberikan kontribusi penting dalam menjelaskan akidah secara rasional, kontekstual, dan relevan dengan kehidupan modern.

Menurut Yunahar Ilyas (1993), akidah adalah “ikatan yang mengikat hati dan keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran Islam.” Sedangkan Nurcholish Madjid (1992) melihat akidah sebagai “sistem nilai keimanan yang menumbuhkan tanggung jawab moral dan spiritual dalam kehidupan manusia.” Pemahaman ini menunjukkan bahwa akidah tidak hanya bersifat dogmatis, tetapi juga rasional dan etis.

 

2. Definisi Akidah

Secara etimologis, kata akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqada–ya‘qidu–‘aqdan–‘aqidatan, yang berarti “mengikat” atau “menetapkan”. Dalam terminologi Islam, akidah berarti keyakinan yang tertanam kuat dalam hati tanpa keraguan sedikit pun terhadap Allah SWT, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan takdir (Ilyas, 1993).

Yunahar Ilyas dalam Kuliah Aqidah Islam menjelaskan bahwa akidah merupakan dasar bagi keimanan dan semua bentuk pengabdian. Sedangkan Azyumardi Azra (2002) menegaskan bahwa akidah menjadi titik tolak bagi terbentuknya peradaban Islam, karena dari keyakinan terhadap Tuhan-lah tumbuh etika sosial dan politik Islam.

Menurut Nurcholish Madjid (1992), akidah adalah faith system yang menjembatani dimensi teologis dan humanistik. Ia menekankan bahwa keimanan sejati bukan hanya mengakui Tuhan, tetapi juga menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari tauhid.

 

3. Pentingnya Akidah dalam Kehidupan Muslim

Pentingnya akidah dapat dilihat dari tiga aspek:

  1. Sebagai fondasi ibadah. Tanpa akidah, ibadah kehilangan makna spiritual.
  2. Sebagai penentu moral. Akidah menanamkan kejujuran, tanggung jawab, dan integritas sosial.
  3. Sebagai arah kehidupan. Akidah menjadi kompas moral dalam menghadapi perubahan zaman.

Nurcholish Madjid dalam Islam Agama Kemanusiaan (1995) menulis bahwa keimanan (akidah) menuntun manusia menjadi makhluk etis yang sadar akan tanggung jawab sosialnya. Sementara itu, Yunahar Ilyas menyebutkan bahwa akidah yang benar akan melahirkan akhlak yang benar, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Sesungguhnya iman itu adalah pengakuan dengan hati, ucapan dengan lisan, dan amal dengan perbuatan.” (HR. al-Bukhari)

 

4. Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Akidah

Akidah sebagai dasar keimanan dijelaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Iman kepada Allah:

“Allāhu lā ilāha illā huwa al-ḥayyu al-qayyūm.”
(Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya) — QS. Al-Baqarah [2]: 255.

  1. Iman kepada Rasul:

“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman...” — QS. Al-Baqarah [2]: 285.

  1. Iman kepada Hari Akhir:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” — HR. Bukhari.

  1. Iman kepada Qadar:

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” — QS. Al-Qamar [54]: 49.

Ayat-ayat ini menjadi dasar teologis bagi seluruh struktur akidah Islam.

 

5. Bahaya Kehilangan Akidah

Kehilangan akidah berarti kehilangan arah hidup. Dalam pandangan Yunahar Ilyas (2020), lemahnya akidah akan menimbulkan kekacauan moral, krisis spiritual, dan ketidakstabilan sosial. Tanpa akidah, umat akan mudah terombang-ambing oleh ideologi materialisme, sekularisme, dan hedonisme.

Nurcholish Madjid (1992) memperingatkan bahwa krisis keimanan di era modern sering kali bukan karena penolakan terhadap Tuhan, tetapi karena “kehilangan kesadaran tauhid”. Hal ini menyebabkan manusia menuhankan rasionalitas, kekuasaan, dan harta.
Azyumardi Azra (2002) menambahkan bahwa peradaban Islam akan rapuh tanpa basis akidah yang kuat, sebab keimanan adalah energi moral bagi pembangunan umat.

 

6. Rukun Iman: Penjelasan dan Macamnya

Enam rukun iman menjadi struktur fundamental akidah Islam. Yunahar Ilyas (1993) dalam Kuliah Aqidah Islam menjelaskan secara sistematis sebagai berikut:

  1. Iman kepada Allah – Keyakinan terhadap keesaan Allah (tawḥīd rubūbiyyah, ulūhiyyah, dan asmā’ wa ṣifāt).
  2. Iman kepada Malaikat – Meyakini keberadaan malaikat sebagai makhluk yang taat dan menjalankan perintah Allah.
  3. Iman kepada Kitab-kitab Allah – Meyakini kebenaran wahyu Allah yang diturunkan melalui kitab-kitab-Nya.
  4. Iman kepada Rasul – Meyakini bahwa Allah mengutus para rasul untuk membimbing manusia menuju kebenaran.
  5. Iman kepada Hari Akhir – Meyakini adanya kehidupan setelah mati, pembalasan amal, surga dan neraka.
  6. Iman kepada Qadar – Meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah dalam ilmu dan kehendak-Nya.

Nurcholish Madjid menambahkan bahwa enam rukun iman tidak boleh dipahami secara mekanistik, tetapi sebagai sistem keyakinan yang memandu manusia menjadi khalifah yang bertanggung jawab di bumi.

 

7. Kesimpulan

Akidah adalah inti dari ajaran Islam yang menegakkan seluruh bangunan iman, ibadah, dan moral. Para pemikir Muslim Indonesia seperti Yunahar Ilyas, Nurcholish Madjid, dan Azyumardi Azra menunjukkan bahwa akidah bukan sekadar keyakinan dogmatis, tetapi kekuatan moral dan intelektual yang menuntun umat menuju kemajuan peradaban. Oleh karena itu, penguatan akidah menjadi keharusan di tengah tantangan modernitas agar umat Islam tetap memiliki arah dan jati diri yang kokoh.

 

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi. (2002). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana.

Ilyas, Yunahar. (1993). Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.

Ilyas, Yunahar. (2020). Aqidah: Meneguhkan Keyakinan dan Perbuatan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Madjid, Nurcholish. (1992). Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.

Madjid, Nurcholish. (1995). Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina.

Al-Qur’an al-Karim.

Rahman, Fazlur. (1980). Major Themes of the Qur’an. Chicago: University of Chicago Press.

Quraish Shihab, M. (1996). Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Tidak ada komentar

Ads Place