Page Nav

HIDE

Pages

Ads Place

https://www.uhamka.ac.id/reg

Anggota FKUB Kotim, Pimpin Diskusi Pembauran Kebangsaan yang Dilaksanakan Kesbangpol Kotim ​

Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kotawaringin Timur memimpin jalannya diskusi pada kegiatan “Sosialisasi Pembauran Kebangsaan 20...


Anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kotawaringin Timur memimpin jalannya diskusi pada kegiatan “Sosialisasi Pembauran Kebangsaan 2025” yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) di Aula Gedung Wanita, Jalan Ahmad Yani, Sampit, Selasa (11/11/2025) pagi hingga siang hari. Agenda ini menghadirkan sekitar 50 peserta dari unsur pemuka adat/suku/etnis dan tokoh masyarakat, dengan penekanan pada penguatan jejaring lintas iman dan etnis guna menjaga harmoni sosial di tingkat lokal. ​

Kegiatan bertema “Menguatkan Jiwa Kebangsaan, Menjaga Harmoni dalam Keberagaman” ini dimoderatori Khilmi Zuhroni, S.Fil.I., M.E., yang memandu penyajian materi, tanya jawab, hingga kesimpulan diskusi yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh Badan Kesbangpol Kotim. Selain, Khilmi Zuhroni, anggota FKUB Kotim yang hadir antara lain: Ushuludin Nur, Ws. Suhardi, H. Sugiono, Mat Tohir, dan Fransiskus Ola Oley.

Pembukaan acara dimulai pukul 08.00 WIB dengan menyanyikan Indonesia Raya dan Mars Habaring Hurung, doa, laporan panitia, dan sambutan Bupati Kotawaringin Timur yang sekaligus membuka kegiatan secara resmi. Setelah jeda singkat, sesi materi dipandu moderator berlangsung sejak pukul 09.00 WIB, dimulai dengan paparan Kepala Badan Kesbangpol Kotim, Rihel, S.Sos., mengenai peran pemerintah dalam pembauran kebangsaan di daerah. Sesi berikutnya dialokasikan untuk Kementerian Agama Kotim, yang disampaikan oleh Hj. Rabiatul Adawiyah,  dan tokoh masyarakat sekaligus akademisi, Dr. Ali Kesuma.

Selaras dengan mandat Permendagri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembauran Kebangsaan di Daerah, forum ini diarahkan untuk memperkuat sinergi lintas unsur—pemerintah daerah, Kemenag/FKUB, tokoh adat/agama, hingga organisasi pemuda dan perempuan. Moderator menekankan tiga keluaran utama: rumusan rekomendasi lintas unsur, daftar isu prioritas lokal beserta rencana tindak lanjut enam bulanan sebagaimana yang dikehendaki oleh peserta diskusi, dengan kajian-kajian tematik rutin, edukasi moderasi, kanal aduan, serta patroli narasi damai di ruang digital.

Sebagaimana disampaikan oleh, Kementerian Agama Kotim, tren Indeks Kerukunan Umat Beragama (IKUB) nasional 2022–2024 yang berada pada kategori tinggi dan menunjukkan peningkatan konsisten, dengan Kalimantan Tengah dilaporkan menguat pada 2024 sejalan agenda moderasi beragama. Bahkan tahun 2025 IKUB diatas 80.

Berkaca pada dinamika Kotim—mobilitas penduduk lintas etnis, ekonomi ekstraktif dan perkotaan, serta arus informasi digital—peserta diskusi menilai perlu adanya pertemuan rutin yang memberikan “respons cepat” dari Kesbangpol, Kemenag, FKUB tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk menjaga suasana kondusif, termasuk menghadirkan 42 organisasi daerah (suku) yang ada di Kotim.

Dialog dan komunikasi antar organisasi suku di forum pembauran kebangsaan penting untuk mencegah gesekan, membangun saling pengertian, dan menyiapkan mekanisme respons cepat ketika muncul isu sensitif lintas identitas. Tanpa dialog rutin yang terstruktur, miskomunikasi mudah berkembang menjadi konflik, sementara komunikasi yang baik memperkuat kohesi sosial dan efektivitas koordinasi pemerintah–masyarakat.

Forum dialog lintas suku/daerah sejalan dengan Permendagri 34/2006 tentang Pedoman Pembauran Kebangsaan yang mendorong sinergi pemerintah daerah dengan unsur masyarakat dalam menjaga harmoni keberagaman. Kegiatan sosialisasi oleh Kesbangpol Kotim memposisikan dialog sebagai instrumen untuk menguatkan jiwa kebangsaan serta memperkuat jejaring lintas adat, agama, dan etnis di tingkat lokal.

Komunikasi langsung membangun kepercayaan antarpemuka suku/daerah, memudahkan mediasi karena ada hubungan personal, kanal komunikasi, dan aturan main yang telah disepakati. Jejaring lintas organisasi suku juga memudahkan mobilisasi gotong royong dan dukungan lintas komunitas saat terjadi peristiwa sensitif.

Dengan moderator dan agenda yang jelas, sesi materi dan tanya jawab menghasilkan butir rekomendasi implementatif, bukan sekadar seremonial. Hasil dialog menjadi masukan langsung bagi Kesbangpol, untuk merancang rencana tindak lanjut yang terukur. (Kz)

Tidak ada komentar

Ads Place