SAMPIT, – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kotawaringin Timur (Kotim), melalui Majelis Tabligh dan Tarjih, menyelenggarakan kegiatan “Dik...
SAMPIT, – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kotawaringin Timur (Kotim), melalui Majelis Tabligh dan Tarjih, menyelenggarakan kegiatan “Diklat Khatib dan Talaqqi Al-Fatihah” pada Sabtu dan Ahad, 29-30 November 2025. Bertempat di Aula Sekretariat PDM Kotim, diklat yang diselenggarakan di Sampit, Kalimantan Tengah, ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kader khatib dan imam masjid, terutama dalam penguatan kemampuan Talaqqi Surah Al-Fatihah dan memperkokoh silaturahmi warga Persyarikatan.
Ketua PDM Kotawaringin Timur, H. Livenur Hasby, dalam sambutan pembukaan diklat menekankan pentingnya peran masjid sebagai pusat pencerahan umat, sejalan dengan visi Muhammadiyah.
"Masjid-masjid Muhammadiyah di Kotawaringin Timur harus menjadi benteng spiritualitas dan pusat edukasi sosial," ujar H. Livenur Hasby. "Khatib dan imam bukan sekadar pemimpin salat, melainkan ujung tombak gerakan tajdid (pembaruan) dan tanwir (pencerahan) Muhammadiyah. Diklat ini adalah ikhtiar kita bersama untuk memastikan bahwa dakwah yang disampaikan berlandaskan ilmu dan relevan dengan tantangan zaman."
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari penuh, mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, ini menghadirkan serangkaian materi komprehensif yang dirancang untuk membekali para mubaligh dan imam masjid Muhammadiyah di Kotim.
Inti Materi Diklat
Materi diklat dibagi ke dalam beberapa sesi utama, mencakup aspek ideologi, fikih, retorika, dan teknis ibadah. materi-materi tersebut antara lain: Penguatan Paham Agama dalam Muhammadiyah: Dibawakan oleh H. Akmal Thamroh, S.Pd., MSI., materi ini menjadi fondasi ideologis untuk memastikan setiap kader memahami secara kritis ajaran Islam yang dianut oleh Persyarikatan. Sesi ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 November, pukul 08.45-10:15.
Sedangkan, Fikih Khutbah Jum'at Berdasarkan Tarjih Muhammadiyah dan Fikih Shalat Jum'at Berdasarkan Tarjih Muhammadiyah: Materi fikih ini dibawakan oleh H. Mudlofar, SH., MM dan Ushuluddin Noor, SH. Tujuannya adalah memberikan pemahaman mendalam tentang praktik ibadah salat dan khutbah Jumat yang sesuai dengan hasil putusan Majelis Tarjih.
Adapun materi Talaqqi Al-Fatihah: Tajwid dan Tahsin serta Memahami Tafsir Surah Al-Fatihah: Kedua sesi ini, yang disampaikan oleh Nazmi, S.Hut. dan oleh H. Akmal Thamroh, S.Pd., MSI., berfokus pada perbaikan kualitas bacaan, pengucapan huruf (tajwid dan tahsin), serta pendalaman makna dari Surah Al-Fatihah, mengingat peran sentral surah ini dalam salat. Sesi Talaqqi dan Tafsir diadakan pada hari Ahad, 30 November.
Praktik Khutbah Jum'at: Sesi praktik langsung ini dibimbing oleh Dr. H. Alivermana Wiguna, M.Ag./Setia Rahman, S.Pi., yang memungkinkan peserta menerapkan pengetahuan fikih dan retorika secara langsung. Tata Kelola Masjid/Mushalla Muhammadiyah: Materi yang dibawakan oleh Niat Sugeng, S.Pd.I ini penting untuk memastikan masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan edukasi dan pelayanan sosial.
Retorika dan Strategi Dakwah di Era Disrupsi
Salah satu sesi yang juga tak kalah penting adalah Materi 2: Retorika dan Strategi Dakwah Muhammadiyah, yang disampaikan oleh Khilmi Zuhroni, S.Fil.I., MES. pada hari Sabtu, 29 November, pukul 10.15-11.45 WIB.
Dalam paparannya, Khilmi Zuhroni menegaskan bahwa dakwah merupakan inti dari keberadaan Muhammadiyah sebagai gerakan yang dirancang untuk melakukan pembaruan (tajdid) dan pencerahan (tanwir). Ia menjelaskan bahwa di tengah dinamika sosial yang kompleks, dakwah tidak lagi sebatas penyampaian pesan keagamaan, tetapi telah menjadi kerja kultural, intelektual, dan sosial yang terorganisasi.
Materi tersebut menggarisbawahi evolusi retorika dakwah Muhammadiyah yang kini diperkaya dengan narasi pencerahan, kemajuan, dan kemanusiaan, tidak lagi bersifat agitasi sektarian. Karakteristik retorika dakwah Muhammadiyah yang ditekankan antara lain: Retorika Ilmiah-Rasional: Dakwah harus didasarkan pada ilmu, bukan emosi yang memancing fanatisme. Retorika Berkemajuan: Melampaui ibadah ritual, dakwah harus mendorong transformasi sosial dan pengembangan peradaban. Retorika Moderasi Otentik (Wasathiyah): Secara tegas menolak ekstremisme dan liberalisme, serta menolak formalisasi agama yang membelenggu. Retorika Keadaban Digital: Mengedepankan etika, antihoaks, antisuap, dan antikebencian, sejalan dengan konsep kesalehan digital. Retorika Humanis-Universal: Mencerminkan misi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Lebih lanjut, Khilmi Zuhroni menguraikan bahwa strategi dakwah Muhammadiyah bergerak dalam dua jalur utama: struktural melalui amal usaha (pendidikan, kesehatan, dll.) dan organisasi, serta kultural melalui pendekatan sosial-budaya, aksi kemanusiaan (Humanitarian Approach), dan pengembangan spiritualitas sosial.
Di era digital, tantangan dakwah semakin besar, termasuk disrupsi teknologi, radikalisme digital, dan polarisasi politik. Oleh karena itu, strategi ke depan perlu mencakup digitalisasi dakwah, penguatan kaderisasi mubaligh yang menguasai ilmu keislaman dan isu kontemporer, serta dakwah berbasis riset dan data.
Secara keseluruhan, Diklat ini menjadi momentum penting bagi PDM Kotim untuk memperkuat kapasitas para dai dan imam masjid, agar mereka dapat secara efektif menyampaikan dakwah Islam Berkemajuan yang adaptif, inklusif, dan berbasis ilmu, serta berdampak positif bagi masyarakat luas. [KZ]


Tidak ada komentar