Disclaimer: Tulisan ini secara keseluruhan diambil dari MUN-Solutions yang dishare secara berantai di grup WA. selamat membaca ... Dari seki...
Dari sekian banyak buku yang saya baca dan cerita sukses para konglomerat. Tidak ada definisi sukses sebagaimana yang menteri Purbaya definisikan. Menurut Purbaya, definisi "sukses adalah mati masuk Surga". Luar biasa. Sebuah definisi baru yang menginspirasi saya menulis;
*DEFINISI SUKSES VERSI PURBAYA: MATI MASUK SURGA!*
---------
_Spiritual Motivations MUN-Solutions_
Dalam dunia yang dikuasai angka, grafik, dan laporan keuangan, definisi sukses sering kali diukur dengan seberapa tinggi seseorang mampu menaikkan kurva kekayaannya. Banyak yang menganggap sukses berarti memiliki rumah megah, jabatan prestisius, rekening gemuk, atau bahkan pengaruh besar di ruang publik. Namun, di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh kompetisi ini, pernyataan dari Menteri Purbaya Yudhi Sadewa mengguncang paradigma banyak orang: “Definisi sukses adalah mati masuk surga.”
Pernyataan ini sederhana, namun sangat dalam secara spiritual dan ilmiah. Ia menembus batas antara ekonomi dan eskatologi, antara dunia yang sementara dan kehidupan yang abadi. Kalimat itu mengandung pesan bahwa kesuksesan sejati bukan hanya tentang apa yang dicapai di dunia, melainkan tentang apa yang dibawa ke akhirat.
1. Perspektif Spiritual: Sukses yang Melampaui Dunia
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman: _"Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung (sukses).”_
(QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini menegakan bahwa keberhasilan duniawi hanyalah sementara, sedangkan keberhasilan sejati adalah keselamatan di akhirat. Dalam pandangan Islam, sukses bukan sekadar having more, tetapi being more, menjadi pribadi yang lebih berarti, lebih bermanfaat, dan lebih dekat kepada Tuhan.
Rasulullah SAW juga bersabda: _“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”_ (HR. Ahmad)
Dengan demikian, sukses bukanlah tentang seberapa banyak kita mengambil dari dunia, tetapi seberapa banyak kita memberi kepada dunia dengan niat karena Allah.
2. Perspektif Ilmiah dan Psikologis: Transendensi sebagai Puncak Aktualisasi
Dalam teori psikologi modern, khususnya piramida kebutuhan Abraham Maslow, puncak kebutuhan manusia bukan lagi aktualisasi diri, melainkan transendensi, kebutuhan untuk melampaui diri sendiri dan terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, yakni Tuhan atau makna hidup yang luhur.
Maslow pada masa akhir hidupnya menyadari bahwa manusia tidak akan pernah benar-benar bahagia hanya dengan pencapaian material. Kebutuhan spiritual, rasa makna, dan kontribusi sosial merupakan unsur utama kebahagiaan yang otentik.
Oleh karena itu, ketika Purbaya menyebut “mati masuk surga” sebagai definisi sukses, ia sesungguhnya sedang menegaskan puncak kesadaran transendental, titik tertinggi di mana seseorang menilai hidupnya bukan dari pencapaian finansial, tetapi dari nilai moral, kebermanfaatan, dan keikhlasan amal.
3. Sukses Dunia: Jalan Menuju Akhirat
Islam tidak menolak sukses dunia. Justru, dunia adalah ladang amal. Nabi Muhammad SAW bersabda: _“Dunia adalah ladang bagi akhirat.”_ Artinya, setiap kesuksesan duniawi, kekayaan, ilmu, jabatan, kekuasaan, menjadi bermakna hanya bila digunakan untuk menebar manfaat dan mendekatkan diri kepada Allah. Orang kaya yang dermawan, pejabat yang adil, pengusaha yang amanah, guru yang ikhlas, mereka semua sedang menanam benih sukses akhirat melalui peran duniawi mereka.
Sebagaimana firman Allah: _“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.”_ (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menegaskan keseimbangan: dunia bukan tujuan, tetapi kendaraan menuju surga.
4. Transformasi Konsep Sukses: Dari Ego ke Makna
Banyak orang sukses secara duniawi, namun hampa secara spiritual. Mereka memiliki segalanya, tapi kehilangan ketenangan. Sebaliknya, banyak orang sederhana yang hidupnya penuh kedamaian karena mereka menemukan makna hidup di jalan kebaikan.
Keberhasilan spiritual menuntut perubahan orientasi dari egoistik menjadi altruistik, dari memiliki menjadi memberi, dan dari menonjolkan diri menjadi menundukkan hati. Di sinilah letak kebijaksanaan sejati seorang pemimpin, seperti pesan Purbaya: “Berbuat baik ke sesama adalah bagian dari sukses itu sendiri.”
5. Kesimpulan: Sukses Sejati Adalah Keselamatan
Definisi sukses versi Purbaya, “mati masuk surga”, seolah mengembalikan kesadaran manusia kepada fitrah penciptaannya: _"hidup bukan sekadar untuk berkompetisi, tetapi untuk berkontribusi; bukan sekadar untuk berkuasa, tetapi untuk berbakti."_
Sukses dunia memang sangat penting, tapi ia hanya akan sangat berarti bila menjadi jembatan menuju sukses akhirat. Karena pada akhirnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: _“Orang yang cerdas adalah yang mampu menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.”_ (HR. Tirmidzi)
Maka, definisi sukses sejati bukan sekadar meninggalkan jejak di bumi, tetapi meninggalkan cahaya di langit. Pesan MUN-Solutions:
“Sukses sejati bukan diukur dari berapa banyak yang kita miliki, tetapi dari berapa banyak hati yang kita sentuh dan amal yang kita bawa pulang menuju keabadian.”
Tidak ada komentar