Ilustrasi demontrasi buruh (sumber: CNN indonesia) “Menghadirkan Akhlak Nabi dalam Kehidupan Berbangsa” Khutbah Pertama الحمدُ للهِ رب...
Ilustrasi demontrasi buruh (sumber: CNN indonesia)
“Menghadirkan Akhlak Nabi dalam Kehidupan Berbangsa”
الحمدُ للهِ
ربِّ العالمين، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه، ونعوذُ باللهِ من شرورِ أنفسِنا ومن
سيئاتِ أعمالِنا. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبدُه
ورسولُه، اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على نبينا محمد، وعلى آله وصحبه أجمعين.
أوصيكم عبادَ
الله ونفسي بتقوى الله، قال تعالى:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا﴾ (
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Memperingati Maulid Nabi ﷺ bukan sekadar mengenang kelahiran beliau, tetapi
menegakkan misi kenabian untuk menyempurnakan akhlak. Rasulullah ﷺ
bersabda: “Innamā bu‘itstu li utammima makārim al-akhlaq.” —
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Malik).
Akhlak adalah fondasi peradaban: jujur, amanah, adil, santun, kasih sayang, dan
menahan diri dari kezhaliman.
Saat ini, kehidupan bangsa kita sedang diuji. Sejak sekitar 25 Agustus
2025, berbagai daerah diguncang demonstrasi besar yang dipicu kemarahan publik
atas privilegi/tunjangan pejabat dan kemudian melebar ke tuntutan yang lebih
luas. Dalam eskalasi itu terjadi bentrokan, kekerasan, bahkan korban jiwa;
lembaga hak asasi menyerukan penyelidikan independen atas dugaan ekses
kekerasan aparat dan penangkapan massal. Aksi diikuti elemen mahasiswa, serikat
pekerja, dan kelompok perempuan, sementara di lapangan juga terjadi kerusuhan
dan penjarahan di sejumlah lokasi.
Kita berduka atas setiap nyawa yang melayang dan luka-luka yang
terjadi. Duka ini harus berubah menjadi muhasabah nasional: apa yang salah
dengan akhlak publik kita—baik di level pejabat, penegak hukum, maupun
warga—hingga krisis kepercayaan merebak?
Dalam QS. Ahzab
ayat 21, Al-Qur’an memerintahkan:
﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾
“Pada diri Rasulullah ada teladan yang baik.”
Maka akhlak
Nabi mesti hadir dalam tiga poros:
Pertama,
Akhlak penguasa (amanah dan adil). Sebagaimana firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ ٱعْدِلُوا۟ هُوَ
أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ
“Wahai orang-orang beriman, jadilah penegak
keadilan… dan jangan sampai kebencian mendorong kalian berlaku tidak adil.
Berlaku adillah; itu lebih dekat kepada takwa.”
(QS.
Al-Ma’idah: 8).
Pejabat publik adalah amanah, bukan hak istimewa. Kebijakan yang mengundang
rasa ketidakadilan, gaya hidup pamer, dan konflik kepentingan adalah pintu krisis
legitimasi. Ketika rakyat menuntut transparansi dan pemberantasan korupsi, itu
sejatinya amar ma‘ruf agar tonggak negara kembali pada akhlak kebajikan.
Kedua, Akhlak aparat (ihsan dan menahan tangan).
Nabi ﷺ
mengingatkan:
“Ittaqū z-zulma fa innaz zulma ẓulumātun yaumal qiyāmah”
“Hindarilah kezaliman, karena ia
kegelapan di hari kiamat.” (HR. Muslim).
Penegakan hukum itu mulia bila proporsional, transparan, dan akuntabel—mengayomi
yang damai, tegas pada perusuh, namun anti-ekses kekerasan. Pelanggaran etik
harus diusut tuntas, karena satu tindakan berlebihan dapat memantik badai
sosial. (Seruan penyelidikan independen dan kritik atas kekerasan berlebihan
disampaikan berbagai lembaga HAM internasional dalam konteks gelombang protes
terkini).
Ketiga, adalah Akhlak warga (adil dan
tertib).
Hak menyampaikan pendapat dilindungi konstitusi,
tetapi harus damai, tidak merusak, tidak melukai. Al-Qur’an memandu etika
informasi:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا﴾
“Wahai orang beriman, jika datang kabar dari
orang fasik, tabayyunlah.”
(QS. Al Hujurat, ayat 6)
Jauhi hoaks, ujaran kebencian, dan provokasi. Kerusuhan merusak marwah
perjuangan; tujuan mulia tidak membenarkan cara yang hina. (Eskalasi protes
yang disertai kerusuhan/penjarahan dilaporkan sejumlah media internasional).
Jamaah yang dirahmati Allah,
Krisis ini adalah cermin akhlak kolektif. Jika pejabatnya jujur,
aparatnya amanah, dan warganya tertib—maka badai mereda. Nabi ﷺ bersabda:
“Kullukum rā‘in wa kullukum mas’ūlun ‘an ra‘iyyatihi”
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawaban.” (Muttafaq ‘alaih).
Jamaah yang
berbahagia, mari kita wujudkan rencana akhlak kebangsaan yang konkret:
Untuk pejabat dan penyelenggara negara: tanamkanlah
sikap Shidq (jujur) dan amanah: umumkan harta secara transparan,
tolak gratifikasi, hentikan kemewahan simbolik di tengah kesusahan rakyat. Kemudian
berlakukan ‘Adl (adil): buatlah kebijakan pro-rakyat, percepat UU
Perampasan Aset, perkuat pemberantasan korupsi, dan buka kanal pengaduan publik
yang bisa diukur akuntabilitasnya.
Selanjutnya, Untuk aparat penegak hukum,
senantiasalah berbuat Ihsan dalam tugas: standar operasional yang
mengutamakan de-eskalasi, body-worn camera, audit penindakan, dan akses bantuan
hukum bagi yang ditahan. Dugaan pelanggaran harus disidik terbuka guna
memulihkan kepercayaan publik.
Semantara Untuk warga dan
mahasiswa/pelajar: pegang teguh Qaul sadid: sampaikan aspirasi damai dan
tertib, lindungi pelajar/anak di ruang aksi, tolak hoaks, jangan rusak
fasilitas umum—karena itu harta kita bersama. Lalu senantiasa menjaga sikap Ta‘āwun
(saling menolong): galang donasi bagi korban, kawal proses hukum secara
bermartabat, dokumentasikan pelanggaran dengan etis.
Dan untuk para ulama dan tokoh agama: Hadirkan
mimbar yang menyejukkan dan menuntun solusi, bukan menyalakan amarah. Jadikan
masjid sebagai pusat rekonsiliasi dan literasi etika publik: belajar tabayyun,
anti-risywah (suap), dan etika berdialog dalam perbedaan.
“Ukhuwah tak akan tegak tanpa keadilan; keadilan tak akan hadir tanpa
kejujuran; dan semuanya bermula dari akhlak.”
Mari jadikan Maulid Nabi ﷺ
sebagai titik balik akhlak publik: pejabat berintegritas, aparat
berperikemanusiaan, rakyat beradab. Dengan itu, insya Allah, gejolak akan
berubah menjadi jalan perbaikan bangsa.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ
بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَ
اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
Kedua
الحمد لله حمدًا
كثيرًا طيبًا مباركًا فيه. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن
محمداً عبده ورسوله.
اللهم صل وسلم
على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات،
والمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات.
اللهم أصلح لنا
ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا
التي إليها معادنا، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير، واجعل الموت راحة لنا من كل
شر.
عباد الله،
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾
فاذكروا الله
العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.
Disampaikan Oleh:
Khilmi Zuhroni
Tidak ada komentar