Pengurus FKUB Kotim sedang mengikuti zoom harmony Award 2025 Kotawaringin Timur – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kotawaring...
![]() |
Pengurus FKUB Kotim sedang mengikuti zoom harmony Award 2025 |
Rangkaian acara dimulai sejak pukul 08.30 WIB dengan
pembukaan oleh Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Muhammad Adib Abdushomad,
M.Ag, M.Ed, Ph.D. Selanjutnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof.
Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, memberikan arahan sekaligus meresmikan
dimulainya Kick Off Harmony Award 2025.
FKUB Kotim hadir dipimpin Ketua FKUB H. Mudlofar bersama
tujuh anggota, yakni Khilmi Zuhroni, Drs. Sahlin, M. Thohir, Dewi Dowes Ahad,
Ws. Suhardi, H. Sugiono, dan Fransiskus Ola Oly. Kehadiran mereka menegaskan
komitmen daerah dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman masyarakat Kotim.
Diversitas Indonesia dan Tantangan Kerukunan
Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa
Kementerian Koordinator PMK, Prof. Warsito, menjadi salah satu pembicara utama.
Ia menekankan pentingnya merawat kerukunan di tengah diversitas Indonesia.
“Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman budaya,
agama, ras, dan etnis yang sangat tinggi. Mungkin hanya India dan Papua Nugini
yang bisa disandingkan dengan Indonesia dalam hal ini. Namun, tantangan kita
justru lebih berat,” ujarnya.
Warsito mencontohkan Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki
menteri khusus bidang kerukunan dan toleransi. Negara tersebut mampu mendorong
pembangunan pesat karena stabilitas sosialnya terjaga. “Jika masyarakat rukun,
investor akan datang, pembangunan berjalan, dan kesejahteraan meningkat. Harmony
Award ini adalah instrumen untuk memastikan bahwa kerukunan menjadi pondasi
pembangunan nasional,” tambahnya.
![]() |
Pengurus FKUB Kotim menyimak materi paparan secara seksama |
Ia menegaskan tiga pilar penting kerukunan beragama yang harus terus dijaga, yakni toleransi, kerja sama, dan kesetaraan. “Tanpa tiga pilar ini, kerukunan akan rapuh. Tapi bila dirawat, Indonesia akan terus kuat,” katanya.
Peran Kesbangpol dan Ukuran Indeks Harmoni
Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Bahtiar Baharuddin, M.Si.,
Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri. Ia
menekankan bahwa agama merupakan salah satu faktor pendorong utama pembangunan
dan kesatuan bangsa.
“Nilai-nilai kebaikan yang sudah menjadi tradisi di
masyarakat perlu diperkuat kembali. Saat ini, sebagian nilai itu mulai luntur.
Karena itu, peran FKUB menjadi sangat penting dalam meneguhkan harmoni sosial,”
ujarnya.
Bahtiar juga menegaskan bahwa unit Kesbangpol di daerah
harus dimanfaatkan sebagai lembaga strategis dalam menjaga kehidupan
sosial-keagamaan. “FKUB tidak bisa berjalan sendiri. Perlu sinergi dengan
pemerintah daerah melalui Kesbangpol agar program kerukunan berjalan lebih
efektif,” katanya.
Ia menambahkan pentingnya pengukuran indeks harmoni sebagai
indikator objektif. “Indeks harmoni digunakan untuk menilai sejauh mana daerah
mampu menjaga kerukunan. Indikator ini tidak hanya menilai kondisi, tetapi juga
komitmen daerah dalam mewujudkan harmoni,” paparnya.
Indonesia Sebagai Laboratorium Kerukunan
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof. Kamaruddin
Amin, menyebut Indonesia sebagai “laboratorium kerukunan dunia.” Menurutnya,
keberhasilan Indonesia menjaga stabilitas sosial politik di tengah keberagaman
yang luar biasa menjadi perhatian banyak negara.
“BRICS bahkan mengagumi bagaimana Indonesia bisa mengelola
stabilitas sosial-politik dalam kondisi pluralitas yang sangat tinggi.
Indonesia bukan hanya negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi
juga salah satu yang paling sukses menjaga kerukunan,” ujarnya.
Ia menekankan agama sebagai pilar stabilitas. “FKUB adalah
infrastruktur sosial yang efektif dalam menjaga kerukunan. Program tiga
kerukunan umat beragama—yakni antarumat beragama, internal umat beragama, dan
umat dengan pemerintah—harus terus dirawat agar transformasi bangsa berjalan
baik,” tambahnya.
Menurut Kamaruddin, partisipasi masyarakat sipil adalah
modal sosial penting. “Indonesia telah membuktikan bahwa keberagaman adalah
modal besar. Dengan manajemen keragaman yang baik, keberagaman akan menjadi
kekuatan, bukan sumber perpecahan,” tegasnya.
Instrumen Harmony Award 2025
Dalam sesi materi, Direktur Riset Pusat Pengkajian,
Pendidikan, dan Pelatihan Umat (P3M) Universitas Indonesia, Dr. Farhan Muntafa,
menjelaskan instrumen Harmony Award 2025.
“Penghargaan ini dirancang sebagai bentuk apresiasi
pemerintah terhadap daerah yang berhasil menjaga kerukunan melalui FKUB. Indeks
yang digunakan bukan semata kondisi objektif, tetapi juga sikap pemerintah
daerah dan FKUB dalam memajukan harmoni, toleransi, dan moderasi beragama,”
jelasnya.
Ia menegaskan, tujuan utama Harmony Award adalah
memacu daerah agar lebih serius menjaga kerukunan. “Targetnya jelas: memberikan
apresiasi kepada kepala daerah dan FKUB di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota yang menunjukkan kinerja terbaik,” lanjutnya.
Konsep dasar kerukunan, lanjut Farhan, berpijak pada tiga
hal: toleransi, kesetaraan, dan kerja sama, sebagaimana diatur dalam SKB dua
menteri. Kerangka berpikirnya juga sejalan dengan pasal-pasal kunci dalam
regulasi kehidupan beragama di Indonesia.
Tantangan Kerukunan di Era Digital
Kementerian Agama menyoroti tantangan global yang
memengaruhi kerukunan. Arus informasi digital membuat paham intoleransi, ujaran
kebencian, hingga radikalisme lebih mudah menyebar. Hoaks berbasis isu agama
pun kerap memicu konflik.
Di tingkat domestik, masalah pendirian rumah ibadah,
kesenjangan sosial-ekonomi, dan politik identitas masih menjadi pekerjaan rumah
besar. Tantangan inilah yang membuat peran FKUB di daerah semakin vital.
Komitmen FKUB Kotim
Ketua FKUB Kotim, H. Mudlofar, menyatakan kehadiran mereka
dalam acara ini sebagai komitmen nyata menjaga harmoni di daerah. “Kotim adalah
miniatur Indonesia. Di sini terdapat beragam agama dan etnis. Tugas kami
memastikan keberagaman itu tidak menjadi sumber konflik, melainkan kekuatan
bersama,” katanya.
Anggota FKUB Kotim, Khilmi Zuhroni, menambahkan bahwa
partisipasi dalam kegiatan ini memberi inspirasi baru. “Kami mendapat banyak
gagasan untuk memperkuat peran FKUB di daerah. Harmony Award ini bukan
sekadar penghargaan, tapi juga motivasi bagi kami untuk terus berinovasi
menjaga kerukunan,” ujarnya.
Dewi Dowes Ahad, anggota FKUB Kotim juga menekankan
pentingnya melibatkan generasi muda dalam program kerukunan. “Anak muda perlu
dilibatkan karena mereka adalah pengguna utama media sosial. Tantangan hoaks
dan intoleransi di dunia digital hanya bisa dihadapi jika mereka ikut aktif
menjaga kerukunan,” katanya.
Acara ditutup pukul 16.30 WIB setelah sesi diskusi
interaktif. Para peserta menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan
ini yang memberi arah strategis dalam merawat kerukunan umat beragama.
Bagi FKUB Kotim, keikutsertaan dalam Kick Off Harmony
Award 2025 bukan sekadar seremoni, melainkan momentum memperkuat kerja
nyata di lapangan. Dengan kerukunan yang terus dirawat, Kotim berharap dapat
ikut berkontribusi menjaga keutuhan bangsa sekaligus mendukung pembangunan
nasional yang berkeadilan. [Kz]
Tidak ada komentar