Page Nav

HIDE

Pages

Ads Place

https://www.uhamka.ac.id/reg

FKUB Kotim Hadiri Secara Virtual Kick Off Harmony Award 2025

Pengurus FKUB Kotim sedang mengikuti zoom harmony Award 2025 Kotawaringin Timur – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kotawaring...

Pengurus FKUB Kotim sedang mengikuti zoom harmony Award 2025

Kotawaringin TimurForum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menghadiri secara virtual melalui platform Zoom kegiatan Kick Off Harmony Award untuk Pemerintah Daerah dan FKUB 2025 yang digelar Kementerian Agama RI, Selasa (23/9/2025) di Kantor Sekretariat FKUB Kotim Jl. Kapten Mulyono Sampit. Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kerukunan umat beragama di tengah tantangan global, nasional, dan lokal yang semakin kompleks.

Rangkaian acara dimulai sejak pukul 08.30 WIB dengan pembukaan oleh Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag, M.Ed, Ph.D. Selanjutnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, memberikan arahan sekaligus meresmikan dimulainya Kick Off Harmony Award 2025.

FKUB Kotim hadir dipimpin Ketua FKUB H. Mudlofar bersama tujuh anggota, yakni Khilmi Zuhroni, Drs. Sahlin, M. Thohir, Dewi Dowes Ahad, Ws. Suhardi, H. Sugiono, dan Fransiskus Ola Oly. Kehadiran mereka menegaskan komitmen daerah dalam menjaga kerukunan di tengah keberagaman masyarakat Kotim.

Diversitas Indonesia dan Tantangan Kerukunan

Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator PMK, Prof. Warsito, menjadi salah satu pembicara utama. Ia menekankan pentingnya merawat kerukunan di tengah diversitas Indonesia.

“Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman budaya, agama, ras, dan etnis yang sangat tinggi. Mungkin hanya India dan Papua Nugini yang bisa disandingkan dengan Indonesia dalam hal ini. Namun, tantangan kita justru lebih berat,” ujarnya.

Warsito mencontohkan Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki menteri khusus bidang kerukunan dan toleransi. Negara tersebut mampu mendorong pembangunan pesat karena stabilitas sosialnya terjaga. “Jika masyarakat rukun, investor akan datang, pembangunan berjalan, dan kesejahteraan meningkat. Harmony Award ini adalah instrumen untuk memastikan bahwa kerukunan menjadi pondasi pembangunan nasional,” tambahnya.

Pengurus FKUB Kotim menyimak materi paparan secara seksama

Ia menegaskan tiga pilar penting kerukunan beragama yang harus terus dijaga, yakni toleransi, kerja sama, dan kesetaraan. “Tanpa tiga pilar ini, kerukunan akan rapuh. Tapi bila dirawat, Indonesia akan terus kuat,” katanya.

Peran Kesbangpol dan Ukuran Indeks Harmoni

Sesi berikutnya diisi oleh Dr. Bahtiar Baharuddin, M.Si., Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri. Ia menekankan bahwa agama merupakan salah satu faktor pendorong utama pembangunan dan kesatuan bangsa.

“Nilai-nilai kebaikan yang sudah menjadi tradisi di masyarakat perlu diperkuat kembali. Saat ini, sebagian nilai itu mulai luntur. Karena itu, peran FKUB menjadi sangat penting dalam meneguhkan harmoni sosial,” ujarnya.

Bahtiar juga menegaskan bahwa unit Kesbangpol di daerah harus dimanfaatkan sebagai lembaga strategis dalam menjaga kehidupan sosial-keagamaan. “FKUB tidak bisa berjalan sendiri. Perlu sinergi dengan pemerintah daerah melalui Kesbangpol agar program kerukunan berjalan lebih efektif,” katanya.

Ia menambahkan pentingnya pengukuran indeks harmoni sebagai indikator objektif. “Indeks harmoni digunakan untuk menilai sejauh mana daerah mampu menjaga kerukunan. Indikator ini tidak hanya menilai kondisi, tetapi juga komitmen daerah dalam mewujudkan harmoni,” paparnya.

Indonesia Sebagai Laboratorium Kerukunan

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof. Kamaruddin Amin, menyebut Indonesia sebagai “laboratorium kerukunan dunia.” Menurutnya, keberhasilan Indonesia menjaga stabilitas sosial politik di tengah keberagaman yang luar biasa menjadi perhatian banyak negara.

“BRICS bahkan mengagumi bagaimana Indonesia bisa mengelola stabilitas sosial-politik dalam kondisi pluralitas yang sangat tinggi. Indonesia bukan hanya negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi juga salah satu yang paling sukses menjaga kerukunan,” ujarnya.

Ia menekankan agama sebagai pilar stabilitas. “FKUB adalah infrastruktur sosial yang efektif dalam menjaga kerukunan. Program tiga kerukunan umat beragama—yakni antarumat beragama, internal umat beragama, dan umat dengan pemerintah—harus terus dirawat agar transformasi bangsa berjalan baik,” tambahnya.

Menurut Kamaruddin, partisipasi masyarakat sipil adalah modal sosial penting. “Indonesia telah membuktikan bahwa keberagaman adalah modal besar. Dengan manajemen keragaman yang baik, keberagaman akan menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan,” tegasnya.

Instrumen Harmony Award 2025

Dalam sesi materi, Direktur Riset Pusat Pengkajian, Pendidikan, dan Pelatihan Umat (P3M) Universitas Indonesia, Dr. Farhan Muntafa, menjelaskan instrumen Harmony Award 2025.

“Penghargaan ini dirancang sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap daerah yang berhasil menjaga kerukunan melalui FKUB. Indeks yang digunakan bukan semata kondisi objektif, tetapi juga sikap pemerintah daerah dan FKUB dalam memajukan harmoni, toleransi, dan moderasi beragama,” jelasnya.

Ia menegaskan, tujuan utama Harmony Award adalah memacu daerah agar lebih serius menjaga kerukunan. “Targetnya jelas: memberikan apresiasi kepada kepala daerah dan FKUB di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang menunjukkan kinerja terbaik,” lanjutnya.

Konsep dasar kerukunan, lanjut Farhan, berpijak pada tiga hal: toleransi, kesetaraan, dan kerja sama, sebagaimana diatur dalam SKB dua menteri. Kerangka berpikirnya juga sejalan dengan pasal-pasal kunci dalam regulasi kehidupan beragama di Indonesia.


Tantangan Kerukunan di Era Digital

Kementerian Agama menyoroti tantangan global yang memengaruhi kerukunan. Arus informasi digital membuat paham intoleransi, ujaran kebencian, hingga radikalisme lebih mudah menyebar. Hoaks berbasis isu agama pun kerap memicu konflik.

Di tingkat domestik, masalah pendirian rumah ibadah, kesenjangan sosial-ekonomi, dan politik identitas masih menjadi pekerjaan rumah besar. Tantangan inilah yang membuat peran FKUB di daerah semakin vital.

Komitmen FKUB Kotim

Ketua FKUB Kotim, H. Mudlofar, menyatakan kehadiran mereka dalam acara ini sebagai komitmen nyata menjaga harmoni di daerah. “Kotim adalah miniatur Indonesia. Di sini terdapat beragam agama dan etnis. Tugas kami memastikan keberagaman itu tidak menjadi sumber konflik, melainkan kekuatan bersama,” katanya.

Anggota FKUB Kotim, Khilmi Zuhroni, menambahkan bahwa partisipasi dalam kegiatan ini memberi inspirasi baru. “Kami mendapat banyak gagasan untuk memperkuat peran FKUB di daerah. Harmony Award ini bukan sekadar penghargaan, tapi juga motivasi bagi kami untuk terus berinovasi menjaga kerukunan,” ujarnya.

Dewi Dowes Ahad, anggota FKUB Kotim juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam program kerukunan. “Anak muda perlu dilibatkan karena mereka adalah pengguna utama media sosial. Tantangan hoaks dan intoleransi di dunia digital hanya bisa dihadapi jika mereka ikut aktif menjaga kerukunan,” katanya.

Acara ditutup pukul 16.30 WIB setelah sesi diskusi interaktif. Para peserta menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan kegiatan ini yang memberi arah strategis dalam merawat kerukunan umat beragama.

Bagi FKUB Kotim, keikutsertaan dalam Kick Off Harmony Award 2025 bukan sekadar seremoni, melainkan momentum memperkuat kerja nyata di lapangan. Dengan kerukunan yang terus dirawat, Kotim berharap dapat ikut berkontribusi menjaga keutuhan bangsa sekaligus mendukung pembangunan nasional yang berkeadilan. [Kz]

 


Tidak ada komentar

Ads Place