Ilustrasi kelas menengah (Sumber: radartarakan.jawapos.com) Kelas menengah Muslim terdidik, hasil langsung dari eskalator pendidikan Muhamm...
![]() |
| Ilustrasi kelas menengah (Sumber: radartarakan.jawapos.com) |
Kelas menengah Muslim terdidik, hasil langsung dari eskalator pendidikan Muhammadiyah, kini memainkan peran sentral dalam menggerakkan roda perubahan sosial di Indonesia. Muhammadiyah tak sekadar “melahirkan” mereka—sebagai “ibu” pendidikan—tetapi juga terus merawat dan membimbing pertumbuhan spiritual serta intelektual anak kandungnya ini di tengah dunia urban yang semakin kompleks dan kompetitif (Amien Rais, 2015).
Hubungan simbiosis itu kian nyata: kelas menengah Muhammadiyah lahir dari lembaga pendidikan yang inklusif dan modern, serta kini menyumbang finansial, gagasan, dan jejaring bagi gerakan sosial dan dakwah persyarikatan. Mereka tidak hanya menjadi pengguna manfaat, tapi juga penyokong utama Amal Usaha Muhammadiyah dari sektor kesehatan, pendidikan, hingga filantropi digital (Mu’arif, 2020).
Namun, di tengah derasnya globalisasi dan urbanisasi, kelas menengah Muhammadiyah menghadapi tantangan baru: gaya hidup konsumtif, stres perkotaan, dan semakin individualis. Di titik inilah Muhammadiyah diharapkan mampu menafsirkan ulang dakwahnya, khususnya Teologi Al-Ma’un. Dakwah harus mencerahkan, menghadirkan solusi, dan relevan dengan problem kelas menengah urban. Momentum ini menjadi peluang bagi Muhammadiyah untuk memodernisasi strategi dakwah, mengintegrasikan platform digital, dialog terbuka, dan pendampingan profesional agar semakin merangkul kelas menengah (Sugeng, 2018).
Di tangan kelas menengah Muhammadiyah, agenda perubahan sosial bukan utopia. Mereka punya modal intelektual, finansial, dan jejaring—menjadi “motor” sekaligus “penyangga” masa depan gerakan Muhammadiyah, yang inklusif, profesional, sekaligus menjaga akar spiritualitas Islam berkemajuan.
[Khilmi Zuhroni]


Tidak ada komentar