SAMPIT — Suasana aula SMP Negeri 2 Sampit pada Sabtu pagi, 11 Oktober 2025, terasa berbeda dari biasanya. Ratusan siswa kelas IX berseragam ...
SAMPIT — Suasana aula SMP Negeri 2 Sampit pada Sabtu pagi,
11 Oktober 2025, terasa berbeda dari biasanya. Ratusan siswa kelas IX berseragam mulim dan muslimah rapi
memenuhi ruangan dengan wajah antusias, mengikuti kegiatan
Penguatan
Karakter Siswa yang mengangkat tema “Generasi Muda Islam: Tantangan dan
Adab dalam Pergaulan.”
Kegiatan ini menjadi bagian dari program pembinaan karakter yang rutin
dilaksanakan sekolah untuk menanamkan nilai-nilai moral, spiritual, dan
kebangsaan kepada peserta didik di tengah derasnya arus modernisasi dan
digitalisasi.
Sebagai pembicara utama, hadir Ustadz Khilmi Zuhroni, M.E.,
seorang dai yang dikenal aktif dalam dakwah pendidikan karakter dan
kepemudaan. Dalam ceramahnya, Ustadz Khilmi memulai dengan kisah inspiratif
dari sejarah Islam tentang panglima perang termuda pada masa Rasulullah SAW,
yakni Usamah bin Zaid bin Haritsah. Usamah, kata Ustadz Khilmi, menjadi simbol keberanian, kecerdasan, dan tanggung
jawab pemuda Islam yang tak gentar menghadapi tantangan besar pada usia belia.
“Usamah bin Zaid diangkat Rasulullah menjadi panglima perang
saat usianya baru 15 tahun. Bayangkan, di usia semuda itu beliau memimpin
pasukan besar menghadapi Kekaisaran Romawi. Itu menunjukkan betapa Rasulullah
SAW percaya kepada kemampuan, karakter, dan keimanan seorang pemuda,” ujar
Ustadz Khilmi di hadapan peserta.
Menurutnya, kisah Usamah bin Zaid bukan sekadar catatan
sejarah, tetapi cermin bagaimana Islam menempatkan pemuda sebagai pilar
peradaban. Pemuda seperti Usamah tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan iman,
tanggung jawab, dan adab. Ia tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga matang
dalam spiritualitas dan kecerdasan berpikir.
Dalam paparannya, Ustadz Khilmi menggambarkan Usamah bin
Zaid sebagai figur muda yang penuh inspirasi. Lahir dari keluarga dekat
Rasulullah—ayahnya Zaid bin Haritsah merupakan sahabat sekaligus anak angkat
Nabi—Usamah tumbuh dalam pendidikan Islam yang menekankan akhlak, disiplin, dan
keberanian.
“Usamah dikenal rendah hati, berani, dan memiliki visi perjuangan yang kuat. Ia
tidak silau oleh jabatan atau kekuasaan, tetapi menjadikan amanah sebagai
ladang ibadah,” jelasnya.
Ustadz Khilmi menegaskan bahwa karakter inilah yang
seharusnya menjadi teladan bagi generasi muda saat ini. Dalam konteks modern,
perjuangan tidak lagi di medan perang fisik, melainkan di medan moral, ilmu,
dan teknologi.
“Tantangan generasi muda hari ini bukan lagi pedang dan perisai, tapi bagaimana
menjaga iman di tengah gempuran budaya digital, menjaga akhlak dalam pergaulan,
dan tetap istiqamah di tengah godaan hedonisme,” ujarnya.
Memasuki bagian inti ceramahnya, Ustadz Khilmi menguraikan
bahwa Allah SWT telah memberikan tiga potensi utama dalam diri manusia: jasmani,
rohani, dan akal. Ketiganya, jika dikelola secara seimbang, akan membentuk
pribadi ideal sebagaimana dicita-citakan Islam. Pertama. Jasmani yang
Sehat. Tubuh yang sehat, kata Ustadz Khilmi, merupakan amanah Allah yang harus
dijaga. Rasulullah SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
“Anak muda harus menjaga fisiknya dengan disiplin, olahraga, makan yang halal
dan thayyib, serta menjauh dari kebiasaan yang merusak tubuh seperti begadang
tanpa tujuan atau kecanduan gawai,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa fisik yang kuat bukan semata soal otot, tetapi juga
kesiapan menjalankan amanah hidup dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Kedua, Rohani yang Kuat. Ustadz Khilmi menilai,
rohani yang kuat adalah fondasi utama dalam membangun karakter. Tanpa kekuatan
spiritual, manusia mudah goyah dan kehilangan arah.
“Rohani yang kuat tumbuh dari ibadah yang konsisten, doa yang tulus, dan hati
yang bersih dari iri serta dengki. Generasi muda harus menjaga zikirnya,
salatnya, dan adabnya terhadap sesama,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, adab menjadi cerminan
kedalaman rohani seseorang. “Kecanggihan teknologi boleh kita kuasai, tapi adab
tidak boleh kita abaikan. Adab kepada guru, orang tua, dan teman adalah ukuran
kemuliaan seseorang,” tegasnya.
Ketiga, Akal yang Cerdas. Potensi ketiga, menurut
Ustadz Khilmi, adalah akal. Islam menempatkan akal sebagai anugerah besar yang
membedakan manusia dari makhluk lain.
“Akal yang cerdas bukan hanya soal nilai akademik tinggi, tapi kemampuan
berpikir kritis, bijak, dan mampu membedakan mana yang benar dan salah. Pemuda
Islam harus bisa memanfaatkan akalnya untuk kemajuan diri dan umat,” ujarnya.
Ia juga menyinggung bahwa akal tanpa iman dapat membawa kesesatan, sedangkan
iman tanpa akal bisa menimbulkan fanatisme sempit. Keduanya, katanya, harus
berjalan beriringan agar lahir generasi yang cerdas dan beradab.
Salah satu bagian yang menarik perhatian siswa adalah saat
Ustadz Khilmi berbicara tentang adab pergaulan di era digital. Menurutnya,
media sosial menjadi ruang baru bagi generasi muda untuk berinteraksi, namun
sekaligus menjadi ladang ujian bagi karakter dan moral.
“Di dunia maya, kalian juga tetap muslim. Adab dalam
berkomentar, menyebarkan informasi, dan menghargai orang lain adalah bagian
dari keimanan. Jangan sampai jari kita menjadi sumber dosa karena
ketidakhati-hatian dalam menulis,” pesannya.
Ia menambahkan, adab dalam pergaulan bukan berarti menutup
diri dari dunia, melainkan menempatkan diri dengan sopan, menghargai perbedaan,
dan menjaga marwah diri sebagai pelajar dan umat Islam. “Pemuda Islam harus
menjadi contoh, bukan hanya pandai bicara, tapi juga santun bersikap,”
tambahnya.
Kepala SMP Negeri 2 Sampit, Siti Rohana, S.Pd., dalam
sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program
pendidikan karakter berbasis nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
“Kami ingin siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki
moral yang baik, disiplin, dan berakhlak mulia. Ceramah seperti ini menjadi
media refleksi agar mereka memahami pentingnya keseimbangan antara ilmu dan
iman,” ujarnya.
Siti Rohana menambahkan, sekolah akan terus mengadakan
kegiatan serupa dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif untuk membekali
siswa menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.
“Generasi muda hari ini adalah calon pemimpin masa depan. Mereka harus dibekali
dengan nilai-nilai moral yang kuat agar mampu menjaga integritas dan membawa
kemajuan bangsa,” katanya.
Kegiatan ditutup dengan pesan mendalam dari Ustadz Khilmi.
Ia mengajak para siswa untuk menjadikan Usamah bin Zaid sebagai teladan dalam
kehidupan sehari-hari—pemuda yang berani, beradab, dan penuh semangat berjuang.
“Jadilah pemuda Islam yang sehat jasmaninya, kuat rohaninya,
dan cerdas akalnya. Jangan biarkan gadget menguasai kalian, tapi gunakan untuk
menebar manfaat. Kalian adalah generasi penerus yang akan menulis sejarah baru
untuk umat,” ujarnya disambut tepuk tangan peserta.
Dengan semangat itu, kegiatan penguatan karakter di SMPN 2
Sampit berakhir penuh kesan. Para siswa pulang membawa pesan moral bahwa
menjadi generasi muda Islam bukan hanya soal identitas, tetapi tentang tanggung
jawab—tanggung jawab untuk menjaga diri, memperkuat iman, dan berkontribusi
bagi masyarakat.
Sebagaimana Usamah bin Zaid, mereka diharapkan tumbuh menjadi pemuda tangguh,
beradab, dan berdaya juang tinggi dalam menghadapi tantangan zaman. (EA)
Tidak ada komentar