Logo Milad Muhammadiyah 113 Yogyakarta — Pada tanggal 18 November 2025 mendatang, Persyarikatan Muhammadiyah akan menapaki usia 113 tahun s...
![]() |
Logo Milad Muhammadiyah 113 |
Sebagaimana dilansir dari website resmi PP Muhammadiyah, Ketua
Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, menyampaikan bahwa tema tersebut
bukan sekadar simbolik, melainkan representasi arah gerak persyarikatan dalam
dekade-dekade mendatang. Menurutnya, ada dua tujuan pokok yang hendak
diwujudkan melalui tema tersebut.
Pertama, Muhammadiyah ingin memperkuat dan memperluas upaya
di bidang kesejahteraan sosial-ekonomi yang berakar pada spiritualitas dan
moral. Dengan kata lain, kesejahteraan yang dituju bukan hanya aspek materi,
tetapi terpadu secara lahir dan batin. Hal ini dinilai penting agar pembangunan
manusia tidak semata mengejar material, melainkan juga memperkokoh nilai-nilai
keagamaan dan etika.
Kedua, Muhammadiyah mengajak pemerintah dan seluruh komponen
bangsa untuk terus mendorong implementasi kebijakan yang memastikan
kesejahteraan umum. Harapan ini sejalan dengan amanat UUD 1945 agar negara
memajukan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, sekaligus mengokohkan
sila kelima Pancasila: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Haedar menekankan bahwa peringatan milad kali ini
berlangsung dalam konteks kehidupan kebangsaan yang kompleks. Tantangan sosial,
ketimpangan ekonomi, hingga pergeseran nilai dalam masyarakat menuntut
kesadaran kolektif untuk merevitalisasi cita-cita nasional: Indonesia merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Dalam kerangka ideologis Muhammadiyah, nilai kesejahteraan
bukanlah gagasan baru. Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Persyarikatan, misalnya,
terdapat teks yang menyatakan bahwa “Masyarakat yang sejahtera, aman, damai,
makmur, dan bahagia hanya dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran,
persaudaraan, dan gotong royong, … dengan bersendikan hukum Allah …”
Begitu pula dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah (MKCH), ditegaskan bahwa Islam sebagai agama Allah menjamin
kesejahteraan hidup materiel dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.
Tak kalah pentingnya, Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah dirancang dengan enam belas langkah konkret yang mendukung kesejahteraan. Beberapa poin penting meliputi: (1) pemberdayaan perempuan dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial; (2) memajukan ekonomi dan kewirausahaan demi kualitas hidup yang lebih baik; (3) peningkatan kualitas layanan kesehatan, pertolongan kemanusiaan, dan kesejahteraan masyarakat; (4) pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya alam serta lingkungan hidup untuk kemaslahatan umum.
Menurut Haedar, kesejahteraan (welfare atau prosperity)
memiliki makna luas. Dari segi umum, ia merujuk pada kondisi manusia yang
makmur, sehat, dan tenang. Dalam ilmu ekonomi, kesejahteraan juga dikaitkan
dengan pendapatan dan kepemilikan material. Sementara dalam kebijakan sosial,
kesejahteraan sosial berarti pelayanan publik yang menjangkau pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Dalam konteks negara, konsep “negara kesejahteraan”
menegaskan peran negara dalam menjamin hak-hak dasar warga.
Haedar mengingatkan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia harus
diiringi dengan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bukan hanya
dinikmati oleh segmen terpilih. Dengan ketimpangan sosial-ekonomi masih menjadi
persoalan mendasar, dia menegaskan perlunya kebijakan strategis dan langkah
nyata dari pemerintah agar kesejahteraan dapat dirasakan merata di seluruh
lapisan masyarakat.
Seiring perayaan milad, PP Muhammadiyah telah mengeluarkan Edaran
Nomor 4/EDR/1.0/B/2025 sebagai pedoman penyelenggaraan peringatan milad
ke-113. Edaran tersebut ditujukan kepada seluruh tingkatan persyarikatan —
mulai dari pimpinan pusat hingga cabang, termasuk organisasi otonom (Ortom),
amal usaha (AUM), dan badan usaha milik Muhammadiyah (BUMM).
Beberapa poin pedoman yang disampaikan antara lain:
penggunaan tema dan logo resmi dalam seluruh aktivitas publikasi, pelaksanaan
kegiatan yang khidmat dan efisien, penyebaran syiar sesuai tema, dan
penyelenggaraan resepsi milad tingkat pusat di Universitas Muhammadiyah Bandung
yang juga dapat diikuti melalui kanal daring (YouTube Muhammadiyah Channel).
Dengan bekal edaran dan pedoman tersebut, Muhammadiyah
mengharapkan agar peringatan milad ke-113 bukan sekadar seremoni, melainkan
momentum refleksi, konsolidasi, dan akselerasi langkah nyata menuju
kesejahteraan bangsa yang lebih adil dan merata. Dalam mengusung tema
“Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, Persyarikatan kembali menegaskan perannya
sebagai gerakan Islam berkemajuan yang tidak hanya berpikir keagamaan, tetapi
juga menjawab tantangan sosial-ekonomi bangsa.
Penulis: Khilmi Zuhroni- berdasarkan rilis resmi
Muhammadiyah dan publikasi media afiliasi Muhammadiyah
Tidak ada komentar