Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Masalah pertanian adalah masalah kebangsaan secara keseluruhan, masalah di seluruh negeri ...
![]() |
Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah |
Masalah pertanian adalah masalah kebangsaan secara keseluruhan, masalah di seluruh negeri ini. Oleh karenanya harus mendapatkan perhatian maksimal dan prioritas.
Ungkapan tersebut disampaikan oleh Ketua Majelis
Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M. Nurul Yamin, pada
acara sarasehan Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) pada Rabu (13/12/2023) di
Gedung Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada acara yang diikuti oleh perwakilan JATAM dan MPM
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) se-Indonesia secara daring, serta MPM PWM
DIY dan JATAM se-DIY hadir secara tersebut, Nurul Yamin menekankan pentingnya
menjadikan pertanian sebagai program prioritas dalam pemberdayaan masyarakat. Menurutnya,
ditengah isu-isu krisis pangan yang terus meningkat, justru produktifitas pertanian
dalam negeri semakin lesu disebabkan oleh banyak faktor.
Sebagaimana dilansir dari muhammadiyah.or.id, Nurul Yamin
dalam sambutannya mengatakan, kegiatan sararasehan merujuk pada salah satu
program prioritas hasil Muktamar 48 Muhammadiyah di Surakarta, yaitu
meningkatkan dan memperkuat dakwah akar rumput. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
(MPM) memahami bahwa salah satu akar rumput dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ini adalah petani, yang didalamnya ada pertanian. Selain petani, MPM
PP Muhammadiyah menerjemahkan terma akar rumput juga adalah kelompok peternak,
difabel, masyarakat miskin kota, daerah 3T, dan nelayan. Mereka ini tersebar
dari ujung barat sampai timur, dan ujung utara sampai selatan Republik Indonesia.
Dalam mengeksekusi program prioritas itu, Yamin berharap MPM
dapat berdiri sampai Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan Pimpinan Ranting
Muhammadiyah (PRM) yang memang sudah sanggup untuk mendirikan. Karena majelis
bisa didirikan sampai level ranting.
Yamin berharap, petani jangan “bermain” sendiri-sendiri.
Melainkan harus berkelompok atau berjamaah untuk meningkatkan daya tawar
petani. Menurutnya, daya tawar petani yang rendah disebabkan salah satunya
lemahnya kelembagaan petani.
“Kenapa bargaining position itu tidak muncul, karena kita
terpecah-pecah. Ini menjadi permasalahan yang lumayan berat untuk kita
bangkit,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, Yamin juga menyoroti rendahnya
regenerasi petani Indonesia. Dia melihat, petani di Indonesia saat ini
didominasi oleh kelompok-kelompok tua. Cengkraman masalah dari berbagai sisi
yang dihadapi oleh petani, imbuhnya, kuat dugaan menjadi penyebab rendahnya
regenerasi petani. [K.Z]
Sumber: muhammadiyah.or.id
Tidak ada komentar