Page Nav

HIDE

Pages

Ads Place

https://www.uhamka.ac.id/reg

Sampit Ke Pontianak; Catatan Perjalanan Menuju Tanwir Nasyiah

PONTIANAK - Perjalanan panjang menuju Pontianak dulunya hanyalah sebuah angan-angan, tidak terbersit di pikiran saya untuk menginjakkan kak...


PONTIANAK - Perjalanan panjang menuju Pontianak dulunya hanyalah sebuah angan-angan, tidak terbersit di pikiran saya untuk menginjakkan kaki di Tanah Katulistiwa itu. Tapi hari ini, Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah membawa saya menuju kota itu, ya, kota Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat. 

Sebelumnya, saya memang sudah terbiasa dengan perjalanan darat yang ditempuh hingga lima belas jam. Namun, perjalanan ke Pontianak adalah perjalanan yang baru bagi saya. Bagaimana geografisnya? Bagaimana kondisi aspalnya? Bagaimana intensitas kendaraannya? Semuanya asing.

Perjalanan saya mulai dari Sampit pada hari Rabu 10 Januari 2024 menuju Kabupaten Lamandau pada pukul 16.00 WIB selama kurang lebih empat jam. Pukul 23.00 WIB saya sampai di Kabupaten Lamandau dan memutuskan untuk menginap semalam. Paginya, sekitar pukul 06.00 WIB saya dan suami melaju menuju Pontianak. 

Perjalanan menuju ke gerbang batas Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat memakan waktu kurang lebih empat jam. Tadinya, saya pikir saya hanya akan menemukan pohon-pohon sawit yang tumbuh di lahan-lahan yang hidup berdampingan dengan hutan. " Ini pasti akan sangat membosankan".


Melewati beberapa Desa, seperti Desa Panopa, menuju kecamatan Delang kami disuguhkan dengan pemandangan salah satu kebesaran Allah, yaitu alam yang indah. Sawit semakin sedikit, dan keindahan hutan semakin banyak di antara barisan perbukitan dengan awan yang menyelimutinya. 

Udara yang dihirup semakin sejuk, sejauh mata memandang hijaunya hutan asli Kalimantan membuat kornea mata seolah turut menghijau. Masyaallah, begitu pentingnya keberadaan hutan ini bagi manusia dan kehidupan lainnya. Saya hampir menangis, saat membayangkan, apakah 10 tahun lagi hutan ini akan berubah menjadi Sawit? 

Empat jam berlalu, saya sampai di gerbang perbatasan. Perjalanan kurang lebih empat jam ini tidak terasa jauhnya karena hampir sepanjang jalan melihat hutan dan tumbuhan khas hutan hujan tropis tumbuh dengan baik. Tinggi pohonnya, hingga aroma hutan yang tercium. Saya harap hutan ini akan terus ada, dan terus dilindungi. Setelah beristirahat sebentar di warung makan di sana, saya pun melanjutkan perjalanan kembali menuju Pontianak. Kembali menempuh perjalanan kurang lebih tujuh jam lamanya. 

Sepanjang perjalanan menuju pontianak, kami juga akan dimanjakan dengan perbukitan. Huma (ladang) padi yang mulai menguning juga tidak kalah indahnya. Seperti membawa pada pengalaman masa kecil saya yang dulu juga suka berhuma. Layaknya masyarakat Dayak pada umumnya, kami menanam padi dengan berpindah-pindah tempat di hutan Kalimantan. 

Melalui perjalanan ini, ada satu harapan saya, yaitu menjaga eksistensi hutan Kalimantan ini. Hutan adalah aset penting yang harus dijaga. Hutan tidak hanya sebagai pelindung keberadaan sebuah ekosistem, tapi juga menjaga peradaban budaya daerah. Jika hutan terkikis, maka perlahan budaya akan terkikis. 

Sesampainya di Pontianak pada Kamis, 11 Januari 2024 pukul 18.00 saya segera lanjut persiapan mengikuti Tanwir I. Sangat tepat manakala di Tanwir I ini ada penyampaian materi tentang Perubahan Iklim, dan bagaimana Nasyiah sebagai generasi muda menjadi tangguh dan tanggap terhadap perubahan iklim ini. Hal ini mengingatkan kembali pada hutan yang telah saya saksikan kemegahannya. Bahwa, kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga, dan melestarikannya.

Penulis: Trisnawati
Editor: Khilmi Zuhroni 

Tidak ada komentar

Ads Place