Page Nav

HIDE

Pages

Ads Place

https://www.uhamka.ac.id/reg

Nasyiah di Tanah Papua: Pentingnya Memahami dan Mengenal Sosiokultural dalam Perkaderan

Tri Wahyuni (Ketua PDNA Bintuni) PONTIANAK .  (13/1/2024) Nasyiah merupakan satu dari organisasi ortonom Muhammadiyah. Sebagai organisasi o...

Tri Wahyuni (Ketua PDNA Bintuni)

PONTIANAK(13/1/2024) Nasyiah merupakan satu dari organisasi ortonom Muhammadiyah. Sebagai organisasi ortonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang keagamaan, sosial, perempuan dan anak, Nasyiah berkomitmen untuk terus melakukan inovasi-inovasi untuk menghadapi perubahan yang masif di era ini. 

Kehadiran Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) di tengah-tengah masyarakat merupakan bukti bahwa Nasyiah memegang teguh nilai tauhid dan prinsip kemanusiaan tanpa memandang bulu. Dibandingkan dengan 92 tahun lalu, kini Nasyiah telah hadir dari Sabang sampai Merauke.  Tanpa tekecuali di tanah Papua, tepatnya Provinsi Papua Barat. 


Tulisan ini diawali dengan sebuah perbincangan manis bersama Ayunda Tri Wahyuni salah satu peserta Tanwir I dari Provinsi Papua Barat. Salah seorang kader Nasyiah yang luar biasa di Tanah Papua. Menempuh perjalanan lebih kurang 15 jam Papua-Pontianak. Berangkat dari Kabupaten Bintuni 7 jam perjalanan ke Manokwari, lanjut dari Manokwari naik pesawat transir Sorong, dan dari Sorong ke Jakarta sekitar 6 jam dan perjalanan dari Jakarta ke Pontianak lebih kurang 2 jam.

Yunda Tri Wahyuni merupakan Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah di Kabupaten Bintuni, sekaligus sebagai Ketua Bidang Organisasi Kerjasama dan Kehumasan di Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Papua Barat. Menurutnya, bernasyiah di tanah Papua mengasyikkan. Meski tantangan geografisnya berat. 


"Untuk memberikan bantuan sembako ke daerah-daerah, kami harus naik long boat berjam-jam." Ujarnya.  Hal ini juga berlaku saat Yunda Tri membentuk Pimpinan Cabang, ia juga harus naik long boat melintasi laut. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat bernasyiah. 

Menurut Yunda Tri, Nasyiah Bintuni hingga saat ini selalu berkerjasama dengan organisasi lain, baik organisasi Islam maupun tidak dalam melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Inilah salah satu cara untuk mempertahankan eksistensi Nasyiah di tengah-tengah masyarakat, yaitu dengan tidak pandang bulu, dan tidak mempeta-petakan diri saat menyebarkan kebaikan. Proses pengkaderan pun terbilang unik. 

Pendekatan yang dilakukan oleh Yunda Tri terbilang kreatif, yaitu dengan pendekatan sosiokultural. Melalui pendekatan ini, kesempatan untuk menjalin hubungan baik dan dekat dengan calon-calon kader Nasyiah dalam melebarkan sayap dakwah Muhammadiyah juga semakin optimal.

"Masyarakat Papua itu sangat welcome dan ramah. Mereka juga memiliki kebiasaan makan bersama-sama. Hal ini pun saya lakukan saat pengkaderan. Saya mengajak Adik-Adik di Bintuni pengajian dan makan papeda bersama di rumah saya. Ya begitulah, dengan memahami dan mengenal karakter maupun sosiokultural di Papua, saya menjadi lebih mudah mengembangkan Nasyiah" tambahnya.

Penulis: Trisnawati 

Tidak ada komentar

Ads Place