Page Nav

HIDE

Grid

GRID_STYLE

Pages

https://www.uhamka.ac.id/reg

H. Akmal Thamroh; Pimpinan Muhammadiyah Bertanggung Jawab Meluruskan Pemahaman Agama

  Pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan memiliki tanggung jawab meluruskan pemahaman agama menurut paham dan keyakinan Muhammadiyah. Pern...

 



Pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan memiliki tanggung jawab meluruskan pemahaman agama menurut paham dan keyakinan Muhammadiyah. Pernyataan tersebut disampaikan oleh H. Akmal Thamroh dalam wawancara eksklusif dengan Redaktur https://kalteng.koranmu.com/ pada Senin (29/1/2024).

Tokoh Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kotawaringin Timur periode 2010 – 2015 itu melihat bahwa selama ini banyak penceramah-penceramah di Muhammadiyah yang mulai jarang merujuk pada Putusan tarjih Muhammadiyah dalam menyampaikan perihal agama. Bahkan beberapa penceramah justeru menggunakan referensi kitab-kitab lain yang bahkan bertentangan dengan pemahaman agama dalam Muhammadiyah.

Menurutnya, konsep agama khususnya yang terkait hal ibadah itu sudah final. Tidak ada lagi hal baru dalam persoalan ibadah. Sehingga manakala ada pertanyaan-pertanyaan terkait ibadah sudah semestinya penceraham Muhammadiyah merujuk pada putusan tarjih, agar jamaah tidak bingung terhadap konsep dan pemahaman agama dalam Muhammadiyah.

“Kan ada tuh, penceramah yang menyampaikan perihal keagamaan khususnya bab ibadah di jamaah Muhammadiyah menggunakan rujukan pemikiran dan kitab lain. Padalah hal tersebut sudah sangat jelas ada dalam putusan tarjih Muhammadiyah. Misalnya, ada penceramah yang ditanya tentang bagaimana berdoa setelah shalat, apakah harus ikut bersama imam atau sendiri-sendiri. Maka, carilah jawabannya dalam putusan tarjih, kalo tidak ketemu ya cari di buku Tanya Jawab Agama yang dikeluarkan Muhammadiyah, kan ada itu. Jangan mengajak jamaah untuk berpikir sendiri dengan membanding-bandingkan pendapat ulama tanpa ada kesimpulannya. “ Tegasnya.

Peristiwa-peristiwa demikian, merunutnya banyak ditemukan di Muhammadiyah. Dirinya khawatir jika penceramah-penceramah yang dihadirkan di Pengajian Muhammadiyah tidak memahami pemahaman agama sesuai dengan ideologi Muhammadiyah, maka kedepan warga dan kader-kader Muhammadiyah akan semakin kehilangan jati diri dan kepribadiannya sebagai warga Muhammadiyah.

“Maka jika pengajian itu seputar Ibadah, Keimanan, dan Akhlak, maka sudah semestinya dicari penceramah yang paham dengan Muhammadiyah. Lain lagi jika materinya seputar mu’amalah, nah itu bisa saja dari penceramah yang bukan Muhammadiyah,” Terangnya.

Persoalannya adalah referensi penceramah-penceramah Muhammadiyah semakin sedikit, sehingga seringkali Pimpinan Muhammadiyah atau panitia yang melaksanakan pengajian mencari penceramah lain. Justeru inilah yang harus dipecahkan. Bukan malah membiarkannya berlarut-larut. Menurutnya, sudah seharusnya manjadi tanggung jawab Pimpinan Muhammadiyah dalam semua jenjang, baik di Ranting, Cabang, Daerah maupun Wilayah dan Pusat untuk meluruskan pemahaman agama dalam Muhammadiyah, yaitu dengan cara memperbanyak pengajian Pimpinan, pelatihan muballigh, menghidupkan Korp Muballigh Muhammadiyah, dan pengajian-pengajian dengan Jamaah Muhammadiyah, agar Pemahaman agama dalam paham Muhammadiyah tidak semakin tergerus dengan semakin banyaknya konten-konten media sosial, youtube dan media online lainya yang menyajikan beragam pemahaman agama.

“Kan aneh, kalo Pimpinan Muhammadiyah sendiri justeru yang tidak paham Muhammadiyah. Referensinya buku-buku lain yang bahkan sering berseberangan dengan paham agama Muhammadiyah. Ya termasuk menempatkan orang yang kurang memahami Muhammadiyah dalam kepengurusan Mejelis Tarjih dan Tabligh, tentu akan semakin menyedihkan Muhammadiyah. ” Pungkasnya.

Editor: Khilmi Zuhroni